Minggu, 28 Mei 2023  
 
Dua Ahli Kimia Asal Indonesia di AS, Dobrak Stereotipe Gender di Dunia Sains

Arif Hulu | Pendidikan
Senin, 05 Oktober 2020 - 06:11:55 WIB

Dua ahli kimia asal Indonesia di Amerika, Diandra Soemardi (kiri) dan Befrika Murdianti (kanan) dok: pribadi
TERKAIT:
   
 
WASHINGTON DC | Tiraskita.com - Data terbaru dari lembaga federal independen, National Science Foundation di Amerika Serikat menyebutkan, dibanding laki-laki, representasi perempuan di bidang sains dan teknik masih tergolong kurang.

Data tersebut juga menyebutkan, bahwa separuh dari tenaga kerja lulusan perguruan tinggi di Amerika adalah perempuan. Namun, hanya 28 persen yang bekerja di bidang sains dan teknik.

Dobrak Stereotipe Gender di Dunia Sains

Dengan tekad ingin mematahkan stereotipe gender di dunia sains dan STEM (Sains, Teknologi, Engineering atau Teknik, Matematika) yang masih didominasi oleh laki-laki, ahli kimia asal Indonesia di Amerika, Diandra Soemardi berusaha meyakinkan generasi mendatang, bahwa selalu ada tempat bagi perempuan di dunia yang ia tekuni saat ini.

“Waktu kecil mungkin, dan orang-orang sekarang (yang) dewasa juga masih mikir adalah saintis itu pasti ya bapak-bapak, udah tua, biasanya bule. Terus, kalau misalnya mau kartun banget ya, ngomong sendiri, terus bikin reaksi apa, meledak-meledak, terus enggak punya temen, terus kuper kesannya tuh kayak jelek banget gitu stereotype-nya,” cerita Diandra Someardi saat dihubungi oleh VOA.

Minat Diandra akan dunia sains sudah tertanam sejak masih duduk di bangku SMP. Semuanya berawal ketika salah seorang gurunya bercerita mengenai wabah SARS yang tengah merebak dan belum ada obatnya.

“Jadi waktu aku dengar itu kayak, ‘wow, perlu usaha dan orang buat kerjain hal seperti ini. Jadi menurut aku, itu (adalah) suatu kesempatan dan membuat aku tertarik untuk jadi researcher dari SMP, pengin kerja di lab, pengin cari obat,” papar Diandra.

Awalnya, cita-cita Diandra untuk menjadi saintis, sempat dipertanyakan oleh keluarganya. Menurutnya, dukungan terhadap perempuan yang ingin terjun ke dunia sains atau STEM (Sains, Teknologi, Engineering atau Teknik, dan Matematika) masih kurang.

“Ngapain jadi saintis? Enggak jadi penulis aja atau gimana?” katanya.

“Kalau misal minat di sains waktu kecil, tapi rasanya kayak enggak didukung gitu sama sekitarannya. ‘Kamu ngapain sih? Perempuan tuh seharusnya jadi A-B-C aja. Enggak usah di (laboratorium), enggak usah jadi saintis, nggak usah sekolah tinggi-tinggi,” tambah perempuan yang hobi menari, main piano, dan menulis ini.
comments powered by Disqus


Berita Lainnya :
 
  • Resmi Dibuka Oleh PJ.Walikota, Suargaloka Tempat Hewan Terlantar
  • Pembangunan relokasi RTLH TMMD 116 Kodim 0319/Mtw Terus dikebut
  • Potret kedekatan Satgas TMMD ke 116 Kodim 0319/Mtw dengan Keluarga Asuh
  • Mantap, Olahraga Bersama Membangun Sinergitas TNI-POLRI di Kep Mentawai
  • Milad dan Wisuda YP Islam Almuhsinin Rimba Melintang dihadiri Wabup Rohil
  • Penilaian kinerja Kab/Kota dalam pelaksanaan Aksi Konvergensi percepatan penurunan stunting
  • Pengukuhan Pengurus PPI Riau, Gubri Berharap Kolaborasi Periset untuk Kemajuan Daerah
  • Mantap, Katim Wasev Mabes TNI AD TMMD ke 116 Bagi Sembako Jalin Tali Asih
  • Kodim 0620/Kab Cirebon Gelar Karya Bakti di Desa Kedongdongkidul
  •  
     
     
     
    Riau | Nasional | Ekonomi | Hukrim | Politik | Olahraga | Kesehatan | Budaya | Pendidikan | Internasional | Lifestyle
    Advertorial | Indeks Berita
    About Us | Redaksi | Pedoman Media Siber | Info Iklan | Disclaimer
    Copyright © 2020 PT. Tiras Kita Pers, All Rights Reserved