Kreatifitas Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU
Tidak Memiliki Tempat Pembuangan Sampah, Mahasiswa Merangkul Anak-Anak Untuk Berkreativitas
RL | Ekbis Selasa, 21 Desember 2021 - 14:29:51 WIB
dok
TERKAIT:
Tiraskita.com - Sampah menjadi salah satu momok lingkungan bagi masyarakat, dimana untuk beberapa wilayah khususnya pedesaan tidak memiliki jasa angkut sampah dan ditempatkan di bank sampah. Kondisi itu menyebabkan sampah banyak berserakan bahkan mengendap hingga merusak kesuburan tanah, terkhusus sampah anorganik. Plastik menjadi sampah yang banyak ditemui dan sulit untuk mengolahnya. Melihat kondisi seperti itu, Mahasiswa semester akhir Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU, Ade Triana Fauziah dengan NIM 180902028 dalam program PKL-2, dengan Supervisor Sekolah Bapak Husni Thamrin, MSP mengajak anak-anak sekitaran lingkungan untuk berkreasi.
Niat baiknya disambut baik oleh anak-anak. Mereka sangat bersemangat ketika didatangi oleh Ade dan membuat rencana untuk mengolah sampah plastik menjadi barang guna pakai. Bertempat di Desa Parbutaran, Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun, kegiatan dilaksanakan di salah satu gedung sekolah MTs Al - Bayan Parbutaran, setelah mendapat izin dari pihak sekolah. 12 anak berpartisipasi dalam kegiatan ini, dengan rata-rata usia rentang 13-15 tahun. Program dijalankan selama lebih dari 3 bulan, terhitung dari 13 September hingga 10 Desember, dengan kegiatan dilaksanakan dua kali dalam sepekan.
Pada dasarnya program ini dilaksanakan dengan landasan teori pemberdayaan masyarakat. Vitayala (2000) mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai proses pengembangan kemampuan sumber daya manusia, sarana prasarana, dan faktor lainnya termasuk pengembangan tiga P (pendampingan, penyuluhan, dan pelayanan). Tahapan yang dilakukan mengutip dari buku Pemberdayaan Masyarakat oleh Dedeh Maryani dan Ruth Roselin E. Nainggolan (2019:13), yaitu :
1. Tahap persiapan
Tahap ini ditandai dengan pengenalan lingkungan sasaran dan persiapan dari community worker nya. Pada tahap ini, yang dilakukan oleh community worker yaitu meminta izin kepada pemerintah setempat untuk melaksanakan program pemberdayaan kepada masyarakatnya. Hingga pemerintah desa menyarankan untuk memanfaatkan semangat anak-anak lingkungan untuk menjalankan program pemberdayaan.
2. Tahap pengkajian atau assesment
Assesment atau proses pengenalan masalah dilakukan dengan metode Delbecq dan tools berupa FGD (Focus Group Discussion), dimana ke-12 anak yang menjadi partisipan dikumpulkan untuk berdiskusi mengenai masalah begitu juga solusi yang mungkin dapat dilakukan. Dan dari diskusi tersebut, mereka merasa bahwa sampah di sekolah maupun di sekitaran rumah mereka merupakan masalah yang besar.
3. Tahap perencanaan alternatif program
Dalam tahap ini, partisipan kembali berdiskusi mengenai strategi dan hal yang akan mereka lakukan. Karena strategi nya berupa pendekatan non-direktif (partisipatif), jadi community worker berperan dalam membantu jalannya diskusi, terkait dengan bagaimana perencanaan, partisipan menjadi peran utama dalam penentuannya, tetap dalam arahan dari community worker. Dari diskusi ini, ditetapkan bahwa pemanfaatan sampah plastik menjadi barang hias dan guna pakai menjadi pilihan. Community worker berperan sebagai pemandu untuk meningkatkan skil kreasi mereka dalam pemanfaatan sampah plastik.
4. Tahap pemfomalisasi rencana aksi
Selanjutnya, penentuan jadwal dan apa saja yang dibutuhkan untuk memulai rencana. Melalui diskusi lagi, mereka menetapkan untuk melaksanakan pelatihan pada waktu pulang sekolah selama dua kali dalam seminggu, yaitu Rabu dan Jumat. Lokasi yang ditetapkan yaitu salah satu kelas sekolah mereka, karena tempatnya strategis. Bahan utama yang digunakan yaitu sampah plastik didapat dari tiap individu, dengan mengutip sampah plastik yang mereka temui.
5. Tahap implementasi program
Pengerjaan sampah plastik memakan waktu ketika harus digosok untuk mendapatkan bahan yang baik ketika diolah. Bahan utama yang digunakan yaitu sampah plastik krs sem berbagai warna, untuk kemudian diolah. Plastik yang ada kemudian digosok dengan setrika panas hingga menghasilkan bahan yang lebih keras sehingga mudah untuk dibentuk. Lalu plastik tersebut dibentuk persegi dan menggunakan teknik pribadi untuk membentuk rangkaian bunga seperti mawar.
Finishing dilakukan menggunakan sampul plastik kaca agar terlihat lebih mewah untuk dijadikan buket bunga. Anak-anak sangat bersemangat dalam mempelajari skil baru, hingga mereka tetap melakukan nya ketika di rumah. Tahap ini berjalan selama 3 pekan, yaitu 20 Oktober - 3 November, dengan hasil berupa rangkaian bunga hias dan hiasan jilbab.
6. Tahap evaluasi
Evaluasi yang dilakukan oleh community worker dalam program ini, mengutip dari buku Adi, maka menggunakan evaluasi hasil. Dimana pengukuran berhasil atau tidaknya program dilihat dari impact yang dihasilkan dari pelaksanaan program. Program yang dijalankan selama 1 bulan ini ternyata memiliki impact berupa peningkatan skill dan kesadaran dari partisipan mengenai pengolahan sampah plastik.
Pada tahap ini, community worker memberikan kebebasan kepada anak-anak tersebut untuk melanjutkan program, hingga mereka melakukannya juga di rumah masing-masing. Hasil dari pekerjaan mereka nyatanya mereka gunakan untuk hiasan di kelas dan juga ruang guru. Mereka pun berinisiatif untuk mengutip sampah plastik yang ada di sekolah dan mengolahnya menjadi barang hias berupa bunga rangkai.
7. Tahap terminasi
Tahap ini ditandai dengan perpisahan bersama anak-anak. Mereka memberikan bunga rangkaian mereka dan sebagai cenderamata, community worker memberikan botol minum agar dapat mengurangi sampah botol plastik sekali pakai yang biasa mereka gunakan.
Selain program pemberdayaan tersebut, Mahasiswa tersebut juga melakukan kampanye lewat poster dengan tema, "Hentikan Penyebaran Covid-19." Penempelan poster dilakukan di gedung MTs Al-Bayan Desa Parbutaran.